Keindahan Butuh Kejelasan

Kata indah atau keindahan ada kalanya digunakan bila seseorang melihat sesuatu. Misalnya, lukisan karya seniman terkenal dan legendaris. Setelah beberapa lama menatap, mungkin akan muncul ucapan, “Ah, lukisan yang indah.” Namun, kadang juga muncul bila seseorang mendengar alunan musik. Mungkin karena suara sang biduan, hentakan iramanya, melodinya, atau komponen-komponen lainnya. Dari dua contoh tadi mengisyaratkan bahwa keindahan berasal dari persepsi seseorang. Kalau begitu, keindahan memang bersifat relatif dan tiap orang bisa punya penilaian yang berbeda.

KeindahanLalu, apakah keindahan hanya bisa ditangkap melalui mata dan telinga saja? Sepertinya kurang tepat dan mungkin tergolong diskriminatif kalau diartikan hanya berasal dari dua sumber saja. Keindahan semestinya bisa ditangkap oleh semua sensor panca indera kita. Bisa dari salah satu saja, dua, tiga, atau semuanya. Bagi orang-orang yang beragama umumnya percaya bahwa manusia adalah makhluk multidimensi. Karena itu, keindahan seharusnya bisa melintas di segala dimensi keberadaan manusia. Mengingat orang Jawa menganut keselarasan dimensi, berarti ada juga prinsip keselarasan dalam keindahan.

Meskipun sudah ditangkap melalui sensor penginderaan, keindahan tak langsung muncul begitu saja. Di dimensi raga, mata hanya menangkap gambar-gambar, warna-warna, gerak-gerik, dll. Hidung hanya mencium aroma-aroma yang ada di sekitarnya. Pun telinga hanya mendengar bunyi-bunyi tanpa arti. Kulit sebagai indera peraba hanya bisa mendeteksi tekstur dan reaksi atas sensasi tertentu. Lidah juga sekadar mengecap apa yang menyentuh dirinya. Sampai di sini sebetulnya belum ada penilaian apapun. Di samping itu, persepsi atau daya tangkap sensor masing-masing individu bisa berbeda-beda.

Orang-orang Jawa tempo doeloe menempatkan akal di bawah rasa di dalam rasa. Oleh karena itu, untuk menangkap keindahan perlu juga ada penjelasan atau kejelasan. Keindahan harus dijelaskan dengan nalar, sehingga bisa dipilah mana warna yang cerah atau buram, nada yang tinggi atau rendah, tekstur kasar atau halus, manis atau pahit, dan bau harum atau busuk. Dengan kata lain, harus ada definisi yang jelas soal keindahan. Tiap orang punya pandangan, pemahaman, dan wawasan yang berbeda-beda. Jadi, apa yang kemudian dianggap indah juga tergantung selera. Sifatnya bisa jadi sangat personal, tapi bisa juga ada kesamaan dengan orang-orang di sekitar. Dari situ bisa muncul keindahan komunal.

Bila sifatnya komunal, artinya ada kesamaan yang bersumber dari persamaan berbagai latar belakang komunitas tersebut seperti iklim, kultur, tradisi, dogma, paradigma, dll. Bagi orang Jawa, selain kesamaan persepsi dalam cita rasa, keindahan juga harus selaras dengan akal pikiran. Almarhum ayah saya bila diberitahu orang lain tentang keindahan sebuah bangunan, pakaian, atau yang lain, beliau biasanya berucap, “Apike sisih ngendi?” (bagusnya di sisi mana?) atau “Tegese apa?” (artinya apa?). Bagi dia keindahan haruslah memiliki arti atau makna. Selain itu, keindahan diidentikkan dengan kebaikan atau kebenaran. Persis seperti prinsip keselerasan khas kultur Jawa. Bila orang lain gagal menjelaskan atau beliau punya pandangan sendiri, biasanya muncul komentar, “Nek kuwi genah ora apik” (kalau itu jelas tidak baik/bagus/indah) atau “Ora teges nek ngono” (tidak tegas/jelas kalau begitu).

Semua bentuk harus ada kaitan dengan alam kasukman (sukma). Di wilayah ini juga sering disebut alam “sanepan” (perumpamaan). Sebuah ruang di mana segala sesuatu berujud sebagai simbol-simbol, perumpamaan, puisi-puisi, atau gambaran-gambaran. Sifatnya menarik ke arah kebaikan dan kebenaran. Makanya, indah buat ayah saya juga harus mengandung unsur kebaikan dan kebenaran. Tidak mengherankan bila hasil karya seni (yang diakui kualitasnya) dalam kebudayaan Jawa selalu melambangkan sesuatu atau simbol sebuah nilai yang luhur. Ajaran-ajaran kebaikan yang tersirat dalam karya sastra, seni tari, seni rupa, dll.

Artinya, semua indera sebetulnya menangkap keindahan, tapi masing-masing penamaannya saja yang dibedakan. Gerak-gerik tarian itu indah. Alunan musik yang menyentuh jiwa juga indah. Bau harum semerbak, makanan yang enak, serta udara yang sejuk adalah manifestasi keindahan juga. Bila semua indera menangkapnya, ketika semua dimensi turut merasakannya, sempurnalah keindahan itu. Kira-kira begitu.

Tentang

Cuma seorang pengelana yang bebas berkeliaran.

Tagged with: , ,
Ditulis dalam Pemikiran, Pengalaman, Pengamatan, Umum
53 comments on “Keindahan Butuh Kejelasan
  1. antarpulau berkata:

    “………Bagi orang-orang yang beragama umumnya percaya bahwa manusia adalah makhluk multidimensi. Karena itu, keindahan seharusnya bisa melintas di segala dimensi keberadaan manusia…….”

    “betul itu, pak siti…..” jawab saya….

    *digaplok pak siti… “mana komentarnya…?” tanya pak siti…

    “Lho, ya itu… ”

    “Itu bukan komentar tauk….!” Glepakkkk… glepokkkk…. 4x”

    “Ampunnnnnn Pak Sitiiiiii……… ampunnnnnnn.. pokoknya saya setuju ajaaaaa…..”

    *lari pontang-panting…* :mrgreen:

    -> *ambil napas panjang… ngumpulin tenaga dalam* wuuuahahahahaha….

  2. Tuhusetya berkata:

    mas jenang, keindahan itu memang relatif, tetapi juga sekaligus universal. sepanjang peradaban umat manusia, keindahan akan selalu muncul meski berada di tengah-tengah peradaban yang sakit. ketika membaca sebuah cerpen teror karya triyanto triwikromo yang penuh dengan darah dan teror, bahkan juga cerpen2 danarto yang mistis dan surealis, saya justru menangkap keindahan di situ. ah, ternyata darah pun bisa menjadi sebuah adonan yang indah, estetis, bahkan eksotis. sampun kepareng rumiyin, mas jenang, mugi2 kula mboten pikantuk murkanipun aki ismet wonten blog mas jenang mriki.

    -> mingsih disedot nih… emang mesti ada admin indonesia kali… :mrgreen:

  3. Tuhusetya berkata:

    wah, aki ismet masih marah juga rupanya sama saya. hiks, berduka, kapan akan berkahir siksaan ini, huhuhuhuhuhuh … :mrgreen:

    -> tenang… biasanya kan pemilik blog mantau akismet juga. masih untung *halah* gak langsung dihapus sama si kismet.

  4. StreetPunk berkata:

    * merenung.. 😕 *

    * terinspirasi.. 😀 *

    Mencerahkan(TM) juga ya.

    Sifat pengamatan multidimensi terhadap keindahan memang mesti diberlakukan pada banyak hal supaya dapat memberi penilaian yang tepat. Tapi kayaknya nggak semua hal bisa dinilai dengan seluruh dimensi. Ada beberapa yang hanya bisa dinilai dengan mata dan telinga saja, sebagian lagi hanya bisa dengan pancaindra tertentu.

    Misalnya saja Tuhan, Sang Pencipta. Bisakah Dia dilihat? Bisakah Dia disentuh? Tentunya Dia hanya bisa dipahami dengan cara-cara tersendiri saja 🙂 .

    Itulah yang membuat dunia semakin penuh warna 💡 .

    -> memang sulit. kalo gak bisa, ayah saya langsung bilang gak tau atau gak ngerti. idealisme orang jawa jaman dulu katanya begitu.

  5. Ersis W. Abbas berkata:

    Waduh … tulisannya asyik nian … fotonya ck ck ck, ngiler Mas aku … dan … semua indera sebetulnya menangkap keindahan, tapi masing-masing penamaannya saja yang dibedakan. Gerak-gerik tarian itu indah. Alunan musik yang menyentuh jiwa juga indah. Bau harum semerbak, makanan yang enak, serta udara yang sejuk adalah manifestasi keindahan juga. Bila semua indera menangkapnya, ketika semua dimensi turut merasakannya, sempurnalah keindahan itu.

    -> iya pak guru… liat fotonya pengen cuti panjang jalan-jalan ke tempat seperti itu… :mrgreen:

  6. zal berkata:

    ::iya..ya…, keindahan sepertinya, pancingan agar menjadi perhatian, misalnya seperti warna oranye, untuk simbol pada landasan terjun, atau pesawat, rupa nan elok dalam pandangan, menjadi daya tarik untuk didekati dan dikaji…lalu diperistri…he..he.. 😆

    -> muahahaha… coba perhatikan lagi istri-istrimu…

  7. Arwa berkata:

    gambarnya indah betul mbah, tapi saya ndak ngerti sebelah mana indahnya.

    *digambar ama mbah siti 3x biar bisa melek*

  8. Arwa berkata:

    hiihiii… salah ketik, di gampar maksud saya.
    *siap-siap nrima gamparan dengan santai*

    -> muahaha… lihat tangan ini… *…gleeppaaakk.. * :mrgreen:

  9. Tumes_semuT berkata:

    keindahan memang relatif dan universal pakde, kadang ada yang beranggapan sesuatu yang penuh misteri atau ketidakjelasan kadang yang menjadikannya indah yang hilang semua keindahannya saat terpampang dengan jelas.

    *konkritnya apa ya…???*

    -> ya tergantung. definisi keindahan itu buat Anda apa. kalo misteri, ya gak usah cari jawabannya. cukup bertanya aja lalu mengagumi keindahannya…

  10. bedh berkata:

    huhuhuhu
    ketika tidur dan semua panca indra sedang istirahat kadang kita bermimpi sesuatu yang sangat indah. semua hal yang di kategorikan diatas dapat di impikan dapat mengandung hal2 kebenaran dan kebaikan juga.

    saya setuju bahwa keindahan kadang memiliki unsur kebenaran dan kebaikan yang sangat besar tapi kadang2 kebaikan dan kebenaran itu tidak dapat di pandang sebagai suatu keindahan. 😀

    sebenernya paklek siti mau jelasin tentang apa sih? yang melihat pada mata, mendengar pada telinga mencium pada hidung dstrnya itu siapa? lalu apa hubungannya dengan kebenaran dan kebaikan?
    jadi bisa diceritakan lagi gimana caranya panca indra itu berfungsi dengan sebenernya pak lek? agar saya dapat merasakan keindahan yang paklek maksudkan.
    makasih sebelumnya
    😀

    *kok saya nggak bisa masukin huhuhu yah di komeng kali ini huhuhuhuhuhu

    -> wah kalo gitu kucek-kucek mata dulu. korek-korek kuping dan buang ingus. :mrgreen:

  11. paramarta berkata:

    keindahan tergantung dari siapa, apa dan bagaimana orang itu melihat, ya khan?. salam kenal dari paramarta

    -> ya ya ya… salam kenal juga. ini kayaknya nama pengajian ya?

  12. apurwa berkata:

    Kang Siti..keindahan yang tertangkap indera bisa jadi relatif..keindahan yang tertangkap oleh perasaan bisa jadi relatih…anda bilang alam kasukman..mungkin ukuran keindahannya pun relatif, tergantung dari pengalaman suksma itu…tapi, keindahan itu apa ya? He he he…salam kenal

    -> buat ayah saya ya manifestasi kebenaran dan kebaikan itu.

  13. isnuansa berkata:

    kalo saya justru agak “ribet” kalo harus memaknai keindahan dari keselarasan indera. mungkin memang sekarang serba instan, jadi kalo mata melihat bagus, ya langsung diambil kesimpulan bagus. indera pengecap merasakan enak, ya langsung dianggap enak, walopun dilihatnya kurang menarik..

    berarti tidak selaras ya?

    -> menurut teori orang jawa ya kurang selaras atau kurang sempurna. memang ribet. namanya juga versi ideal. :mrgreen:

  14. munggur berkata:

    ada yang bilang: ‘saya sampai ga bisa ngucap apa2 saat melihat sesuatu itu…’. dan cuma melongo saking takjubnya.

    -> kalo menurut orang jawa hal seperti itu lebih dekat ke “gumun” atau heran. belum pernah melihat penampakan atau manifestasi keindahan sedemikian rupa. kalo sudah terbiasa, tentunya gak terus-terusan melongo aja. paling gak bisa nyebut “subhanallah…” :mrgreen:

  15. bedh berkata:

    huhuhuhu pelit……

    -> he he he… lha emang saya bisa apaan? coba tanya kang zal atau santri gundul tuh… barangkali abah dedhot juga kalo nongol. kayaknya mereka ahlinya. saya sih numpang mbacot aja. :mrgreen:

  16. Santri Gundhul berkata:

    Halah…halah…Kang Jenang,
    Sepertinya tadi siang saya dah urun rembug, kemana larinya yah…kena SENSOR kali…he..he..
    Pedahal dah capek-capek nulis loh…

    Halah…ada Mbahe SANGKIL yang njaga kale ini Blog…GUUUUAAAWAT neh…
    Hiiiiiiiiihhh….kabuuuuuuuuuuurrrrrr
    TAKUTZZZZ…

    -> wah gak tau saya… di simpenan akismet gak ada tuh? koneksi internet sampeyan kali lagi ajrut-ajrutan. kalo gak dibikin posting aja… eh gak ding… tadi juga saya liat trus bales komentarnya… hmmm…

  17. Santri Gundhul berkata:

    Balik Maniiiing…koplokku ketinggalan..Kang,

    Begono yah…
    Keindahan itu sangat bergantung pada MUTU BATIN seseorang. Ibarat makan nasi sepiring dengan lauk URAP PARUTAN KELAPA ( Serundeng boso Malang ne ) jika Batin kita lagi Bersih dari sifat-sifat KEMRUNGSUNG, maka akan terasa NIKMAT di RASA. Dan, sebaliknya jika Batin kita lagi KERUH, KUSUT dan BUTHEK…sepiring nasi walaupun lengkap dengan lauk pauk KOMPLIT…akan terasa HAMBAR…gak ada NIKMATNYA…apalagi KEINDAHAN…wuuuaaaah..NONSEN dah…
    Apalgi klu ditambah sedang SAKIT GIGI….
    halah…halah…wis dah tambah gak ada lagi yang namanya KEINDAHAN dan KENIKMATAN
    BABAR…kabeh…wis…dibawa mlungker gak enak, tiduran yo sik cekat-cekot, nungging apalageh tambah CENUT-CENUT kok….

    KEINDAHAN mana lagi yang mo DIJELASKAN…???
    Wong semuanya sudah ada di dalam DIRI kok. Pingin lihat…?? MASUKLAH ke Dalam DIRI yang SUJATINYA DIRI…Jeruk makan Jeruk kale…
    Huuuuaaalaaaa…aahhhh opo meneh iki..

    Kabuuuuuuurrrr…maniiing…mumpung belum keburu DIKEPLAK mbahe Sangkil…

    -> muahaha… ada mbah sangkil juga di WP. dari penjelasan di atas sepertinya daya tangkap keindahan dipengaruhi rasa syukur juga kayaknya. motor butut kayak punya saya terlihat indah kalo dibandingin lagi ke bawah. gitu ya?

  18. Abeeayang™ berkata:

    ituh gambarnyah butuh penjelasan nggak?
    *OOT*

    -> he he he.. silaken kalo mau menjelaskan. :mrgreen:

  19. qzink666 berkata:

    Indah menurut kita bukan berarti otomatis menjadi indah juga buat orang lain.. 😛

    -> kalo gak semi-otomatis ya manual lah.. :mrgreen:

  20. sigid berkata:

    He he, pak de sitijenang, yang dimaksud keindahan komunal itu gimana to. Belum begitu dong je.
    Kalau maksudnya jadi semacam keindahan yang disepakati bersama-sama, apa malah ndak kehilanganmakna pak de.
    Maksudnya, orang jadi ndak melihat keindahan itu sendiri namun yang mereka lihat adalah gagasan yang ada di pikiran mereka.

    Gitu ndak ya … 😀

    -> nyatanya menurut saya ya begitu. jadinya ada semacam pakem. “maksudnya bagus tuh gimana?” biasanya kan gitu. ada tanggungjawab ketika menyatakan sesuatu adalah indah, yaitu dengan menjelaskan. tapi, soal memaknai tetap bisa personal, meskipun hasilnya mungkin sejalan dengan pakem yang ada. asal gak sekadar ikut-ikutan aja. :mrgreen:

  21. ayaelectro berkata:

    kalo menurut gw, indah itu susah didefinisikan maksudnya. sama kayak kita ngeliat sesuatu yang indah, susah banget buat dijelasin pake kata-kata. salam kenal ya…..

    -> ok. salam kenal juga…

  22. Toga berkata:

    mantep dan dalem pembahasannya.

    trus gimana mas, dengan seseorang, yang ketika bersamanya kita merasa segalanya indah, biarpun sedang duduk-duduk deket tempat pembuangan sampah, di mana pemandangan, bau, dan segalanya terasa jauh dari “defenisi” keindahan itu?

    -> ah, itu sih umpama aja. seolah-olah dunia terasa indah. padahal yang tepat adalah perasaan bahagia. tapi, tergantung defisi tiap orang sih. kalo orang jawa jaman dulu katanya sih kayak tulisan saya itu.

  23. Tito berkata:

    bagi lalat tempat sampah berbau busuk itu indaaah sekali… bagi manusia ya cuma tempat sampah 😛

    bagi saya cewe berambut pendek itu sexy tapi bagi teman saya justru yg berambut panjang 😛

    -> seadainya lalat bisa mendefinisikan keindahan mungkin seperti itu ya. :mrgreen:

  24. Cabe Rawit berkata:

    Assalaamu ‘alaekum. Ane kagak bermaksud jorok, ampun beribu ampun Pak Siti Jenang. Ketika di depan ane ada seonggok -maaf sekali lagi- kotoran manusia, dengan bentuk spiral, atau menggelempeng seperti pisang rebus, ane pernah merasa itu juga sesuatu yang indah. Sekalipun akhirnya ane merasa mual. Mungkin Pak Siti Jenang tahu maksud saya…? Ane gak iseng lho pak… Ada maksud dari ungkapan ane ini *haiyah* :mrgreen:

    -> memang, kalo keluar tiap hari artinya sehat, baik, dan benar. tapi, ya keluarnya aja. kalo mau diliatin sambil dihayatin, ya Anda mesti jadi lalat. :mrgreen:

  25. regsa berkata:

    keindahan muncul dari dalam hati . laak yo ngono tho njeng sunan…? 🙂

    -> he he he… bonang, kempul, apa kenong? :mrgreen:

  26. gempur berkata:

    keindahan adalah yang abadi.. itu fase pertama pemikiran M. Iqbal dari india.. tapi kemudian direvisi yang entah sadar atau tidak disadari yang kemudian bergeser menjadi cinta itulah yang abadi, keindahan hanya efek dari adanya cinta.. itu fase kedua.. kemudian terputus saya tak lagi membaca karya iqbal.. bagus banget je!

    -> perkembangan pemahaman berarti… ya ya ya…

  27. Ram-Ram Muhammad berkata:

    Halah! saya rupanya ketinggalan banyak ya kyai Jenang? Mudah-mudahan kyai Jenang sehat wal afiat.

    -> gal banyak. kayaknya cuma 2 posting aja. lagi flu nih… abis tugas luar kota juga.

  28. joyo berkata:

    sulit diungkapkan dengan kata2, nikmati saya…keindahan itu…
    *bengong*

    -> kalo sulit bukan berarti tidak mungkin, bukan? :mrgreen:

  29. nicoustic berkata:

    Wah komentar nya kayaknya sudah mewakili komentar saya deh! Memang keindahan itu relatif, dan kita pasti memiliki definisi yang berbeda mengenai keindahan dan seperti yang mas bilang bahwa tiap panca indera pun memiliki persepsi yang berbeda juga. Salam kenal mas tulisan anda bagus sekali.

    -> terima kasih. salam kenal juga. kayaknya udah pernah berkunjung deh…

  30. maxbreaker berkata:

    Indah itu memang relatif…
    Menurut saya cewe cantik itu indah… :mrgreen:

    -> diliat doang aja udah indah… apalagi…

  31. Abeeayang™ berkata:

    iyaks…..indah itu relatip

    -> yak… relatip abis…

  32. tobadreams berkata:

    Bagaimana kalau kita definisikan : Keindahan adalah kata kerja ?

    btw aku minta izin Mas nitipkan pesan disini.
    Bagi orang batak sedunia, Orang Jawa, Cina dan Keling yang selalu bangga menyebut diri “Anak Medan” atau orang Sumut, mari kita dukung PSMS Medan. Ayo kita doakan semoga Saktiawan Sinaga cs berhasil melibas Sriwijaya FC. .

    Awas, ada kemungkinan PSMS akan dikerjain wasit lagi. Soalnya, Sriwijaya memang diplot oleh orang berkuasa di PSSI untuk merebut gelar juara. Salah satu caranya adalah dengan menyetel wasit agar merugikan PSMS. Ini terkait dengan sejarah dan bisnis, yaitu Persijatim yang dijual pemgurusnya dan kemudian menjelma menjadi Sriwijaya FC.

    Viva PSMS Medan, Mampuslah Sriwijaya FC!

    -> wah kalo ganti kata kerja gak ngarti, bang. saya dukung Sriwijaya aja ahh… :mrgreen:

  33. hildalexander berkata:

    Yang pasti saya butuh keindahan yang jelas….gak samar-samar, apalagi diselubungi tirai gelap.

    *halah kok OOT seh?*

    Keindahan itu transendental ya….
    *berpikir lagi…..ternyata tulisan panjenengan menstimuli saya untuk terus berpikir…..lama-lama otak saya terbiasa diajak berpikir, biar gak majal*

    -> he he he… ya, itu dia. kalo bisa ngomong sesuatu itu indah, mestinya bisa menjelaskan. artinya keindahan yang sudah dijelaskan, sehingga menjadi jelas keindahannya.

  34. baliazura berkata:

    keindahan memang tergantung dari persepsi masing-masing orang ya ternyata.

    *manggut-manggut*

    -> *lirak-lirik*

  35. Faubell berkata:

    Waduh sejuk benar mbah, lihat gambarnya. Mak cless.. Wah rehat sebentar di haltenya Mbah..Nikmati dulu keindahan yang disajikan….
    Keindahan cuma bisa dirasakan dengan hati yang pernah ngrasain sumpeg.

    -> silaken… silaken… rasanya sih di hati dan sir, tapi penangkapan kesannya lewat indera juga.

  36. Faubell berkata:

    *Komen dikit Mbah setelah rehat sejenak*
    Panca Indera adalah sensor tubuh terhadap penampakan yang ada. Hati untuk menterjemahkan rasa dari hasil indera yang kita punya. Masalahnya tergantung database rasa yang ada di dalam hati setiap yang lihat. Gimana kita memadukan rasa yang ada di dalam database hati untuk menterjemahkannya penampakan yang ditangkap oleh panca indera manusia. Pepatah Mbah2 dulu : Yen wis manunggal ing rasa, lagi bisa disebut MANUNGSA.
    Suwun Mbah atas inspirasinya…..Alhamdullillah.

    -> rasa sakjeroning rasa, iku sejatining sipat manungsa. panggonan kang tansah dipirsani Ingkang Maha Kuwaos. terima kasih kembali.

  37. Faubell berkata:

    Sisan hetrix Mbah.

    “silaken… silaken… rasanya sih di hati dan sir, tapi penangkapan kesannya lewat indera juga.”

    Sir kuwi apa seh..Mbok aku diwejang Mbah…

    -> coba silaken baca-baca artikel keselarasan dalam ilmu kejawen. kalo gak salah ada penjelasannya di salah satu komentar.

  38. Faradina berkata:

    Kulonuwun pakde Jenang. Bade tumut berkomentar nih. Jadi begitu ya ceritanya. Keindahan itu bukan sekedar enak untuk dilihat, di dengar, dicium baunya, dirasakan, dan diraba (gak boleh main raba ya), tapi juga harus bermakna. Pokoke’ wong njowo iku pasti suka bermakna-makna. Sampai2, kenapa sebilah keris harus ber-luk 7 atau 3, itu jelas ada maknanya. Coz, kalau dibuat melungker nanti dikira obat nyamuk bakar. ** lari ah… Pakde Jenang datang bawa pentungan sih.

    -> he he he… ya, itulah pemikiran khas orang Jawa tempo doeloe. makanya agak “lamban” perkembangan teknologinya dibanding penjajah. soalnya, semua harus serba bermakna, selaras, pas, dll. bener masih kurang, kalo bisa “pener” atau tepat. saking doyannya menuntut kejelasan, generasi sekarang malah cenderung menganggap merekalah yang tidak jelas… muahaha. :mrgreen:

  39. Cabe Rawit berkata:

    *nengok-nengok cari yang baru*
    *mbalik lagi*

    -> ada tuh…

  40. WIMPY berkata:

    Indah….. sungguh indah kata-katamu….. sungguh indah… perangaimu….. sungguh indah …akhlakmu…….

    -> mana nih link-nya? gak ada mulu… 😀

  41. Santri Gundhul berkata:

    Pelang-pelangi alangkah INDAHMU….

    Wuuuuuuzzzzzzzsss….mabur lageh….
    Kang masih ada rokok Klembaknya gak…??

    -> nih, silaken dihirup… ati-ati musim batuk :mrgreen:

  42. Tumes_semuT berkata:

    -> he he he… ya, itulah pemikiran khas orang Jawa tempo doeloe. makanya agak “lamban” perkembangan teknologinya dibanding penjajah. soalnya, semua harus serba bermakna, selaras, pas, dll. bener masih kurang, kalo bisa “pener” atau tepat. saking doyannya menuntut kejelasan, generasi sekarang malah cenderung menganggap merekalah yang tidak jelas… muahaha.

    berarti keindahan ala orang jawa tempo dulu adalah perfeksionis-nya segala sesuatu harus bermakna dan berarti gak hanya ada wujud saja tapi juga rohnya (makna/maksud yang tersembunyi). apa emang orang jawa tempo dulu itu sukanya menyamarkan sesuatu pakde sehingga tidak bisa diartikan secara harfiah saja atau emang kemampuan orang sekarang saja yang kurang bisa menangkapnya sehingga terkesan samar-samar…

    -> menurut saya bukan perfeksionis, tapi enggan salah langkah. ya seperti itulah… kalo yang disamarkan memang ada karena dulu kan ada penjajah. katanya ada pemikiran untuk memakai simbol-simbol yang hanya bisa dikenali penduduk lokal. orang sekarang menurut saya bisa menangkap, tapi sebagian enggan atau sudah ogah duluan. di luar aja banyak yang bisa mempelajari dan dikembangkan lebih lanjut.

  43. Tumes_semuT berkata:

    kalau dalam konteks sebelum ada penjajah pakde?

    *klembak iku rokok opo toh?enak ndi ambek dadut?*

    -> setahu saya memang ada yang sengaja disamarkan. kalo soal apa dan untuk apa, silaken cari sendiri jawabannya…. saya kan belum lahir waktu itu… :mrgreen:

  44. togarsilaban berkata:

    Kalau semua faham bahwa keindahan itu besar subyektifitasnya, mestinya dunia aman tentram dan damai ya pak. Sebab saya kan harus menghargai keindahan menurut Pak Sitijenang, walaupun menurut saya belum tentu indah..

    -> ya, mestinya. kalo segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, tentu tidak seperti sekarang…

  45. tomyarjunanto berkata:

    hanya dalam seni, tragedi menjelma menjadi keindahan

    berarti, mengambil pelajaran dari sebuah tragedi sama dengan menangkap keindahan.

  46. 1heart4love berkata:

    Seandainya keindahan dapat dituangkan dalam bentuk visual, tapi sepertinya nggak mungkin karena keindahan itu multidimensi. Ah, coba dituangkan dalam bentuk tulisan, tapi gak akan mencukupi karena kata-kata memiliki keterbatasan makna. Ya udah, keindahan kita kiaskan dalam akal, tapi nampaknya nggak akan sempurna karena penggambaran akal dibatasi oleh pengalaman. Jadi, gimana dong?

    Biarlah keindahan disadari saja oleh rasa, oleh hati, dan dinikmati serta disyukuri. Karena rasa nggak akan bisa diwakili oleh lukisan, tulisan, maupun kiasan. Boleh dikata, hati/hati nurani adalah indera manusia yang paling sempurna 🙂

    -> kalo menurut orang Jawa harus bisa dijelaskan. kalo tidak, berarti belum jelas keindahannya. misterius…

  47. langitjiwa berkata:

    bila mana keindahan tertangkap oleh jiwa panca indera dan rasa yang akan bermain. memang benar rasa itu ada di dalam rasanya lagi…dan lukisan itu harus berbicara kepada si penikmat kalau tidak bisa berbicara ia akan menjadi sebuah lukisan biasa tanpa ada makna dan arti. Dirasa..merasai..merasakan dan tak akan ada terlihat samar-samar.akan nampak jelas keindahan itu……..
    salam dariku,
    langitjiwa.

    ah, rasa itu memang ada…

  48. […] diri sendiri berwujud sebagai sebuah kepribadian atau budi pekerti, sedangkan di luar itu berupa karya indah yang umumnya disebut seni. Karya-karya dengan prinsip keselarasan seperti ini yang bisa dikatakan […]

  49. […] memberi harapan dan pencerahan kepada makhluk di malam hari. Bintang adalah penunjuk arah yang indah. Seorang pemimpin harus berwatak bintang dalam arti mampu menjadi anutan serta memberi petunjuk […]

  50. naycleb berkata:

    mantap!!!!!!!!!!

    ▄▄▄▄▄▄
    SJ: 😎

  51. al berkata:

    saya membutuhkan penjelasan mengenai hubungan keindahan dengan kebudayaan, karena dari penjelasan anda tidak terdapat hub. antara keindahan dengan budaya.

    ▄▄▄▄▄▄
    SJ: ada sedikit, di keindahan komunal. kultur Jawa juga mengenal standar keindahan komunal ini, meski detailnya lebih baik dijelaskan oleh para budayawan. seperti keindahan kulit misalnya, orang Jawa lebih suka yg kuning langsat, bukan hitam atau putih. walaupun begitu warna kulit sawo matang, hitam, dan putih tidak lantas dianggap jelek, tapi kalah pamor ketimbang yg kuning langsat (selera mayoritas).

    di Afrika saya pernah mendengar juga bahwa perempuan yg dianggap cantik kulitnya harus hitam legam. makin legam, maka makin cantiklah seorang perempuan. jadi, kalo ada orang kulit putih di sana tentu langsung dibilang jelek barangkali, bagaimanapun bentuk wajah maupun tubuhnya. :mrgreen:

  52. sautparl berkata:

    keindahan semesta sangat bergantung dari pikiran dan pikiran seseorang dapat menafsirkan apakah sesuatu itu indah. hal ini tergantung dari makna makna yang diberikan pada objek.

  53. […] memberi harapan dan pencerahan kepada makhluk di malam hari. Bintang adalah penunjuk arah yang indah. Seorang pemimpin harus berwatak bintang dalam arti mampu menjadi anutan serta memberi petunjuk […]

Tinggalkan komentar